Begitu mengagumkan keindahan benda perunggu yang berasal dari masa prasejarah maupun benda perunggu masa sejarah Indonesia ini, dengan teknologi yang sederhana dapat membuat peralatan dan arca dengan kualitas estetika tinggi. Bahkan logam yang dipakai bukan saja perunggu (campuran logam kuningan,tembaga,timah yang dicairkan dengan panas tinggi) tetapi juga bahan logam lain seperti perak dan emas.
Teknologi cetak perunggu dengan cara penuangan cairan logam kedalam cetakan yang dapat dibagi dua bagian dikenal sebagai teknik cetak Bivalve (Bhs.Perancis)sehingga dapat dipergunakan berkali-kali seperti alat cetak perunggu dari bahan batu yang diukir yang ditemukan di pura Pejeng, Bali. untuk mencetak Nekara. Teknik cetak ini juga untuk mencetak Kapak -kapak dengan ukuran sangat besar yang tidak dipakai alat sehari hari tetapi untuk kegiatan upacara, juga kedok/topeng, perhiasan berupa kalung, gelang, cincin, arca-arca kecil terbuat dari logam
Untuk benda-benda perunggu besar dengan penuh ragam hias dan bentuk yang rumit seperti arca-arca perunggu, teknik cetak bivalve tidak digunakan, nenek moyang bangsa Indonesia mengembangkan teknik tuang logam perunggu yang disebut a cire perdue (Bhs.Perancis) berarti dengan menghancurkan lilin dengan demikian lilin menjadi bahan utama teknik cetak ini selain tanah liat.
Pertama yang harus dilakukan adalah membuat tiang dari logam setinggi arca yang akan dicetak, pada tiang tadi ditutupi dengan tanah liat seperlunya dibentuk sekedarnya.Kemudian dikeliling tanah liat dilapisi dengan lilin yang cukup tebal. Permukaan lilin kemudian diukir dengan detil sesuai keinginan empu pembuat arca.Kemudian dilapisi tanah liat lunak dengan hati- hati agar ukiran lilin tidak rusak. Belum kering benar tanah liat ditusukan pasak-pasak tembus lilin sampai pada tanah liat yang menutup tiang agar ketika proses pencetakan tidak terjadi pergeseran. Pada bagian bawah arca di lubangi untuk memasukkan perunggu cair. Proses lanjutannya setelah tanah liat kering dan keras,maka arca dibalik sehingga lubang yang dibuat bagian bawah berada diatas kemudian cairan perunggu panas dituang dalam lubang dan mencairkan lilin, terus mengendap mengisi lekuk-lekuk ukiran mengantikan posisi lilin,cairan lilin keluar melalui lubang yang dibuat tadi sampai perunggu mengeras. Setelah mengeras lapisan tanah liat dipecahkan dan terlihat arca perunggu dan pasak dicabut atau dipotong,bagian yang yang tidak sempurna ditambal dengan perungu lagi. Dan bagian tiang beserta tanah liatnya dicabut sehingga arca terlihat berongga di bagian dalam .Baru dilakukan sentuhan terakhir dengan meratakan bagian menonjol, mengosok agar mengkilap. teknik cetak perunggu a cire perdue ini juga dapat menghemat penggunaan bahan logam tergantung tebal tipisnya permukaan arca.
arca yang rumit seperti arca berbentuk manusia dibuat dengan terpisah-pisah seperti lengan ,kaki,kepala dibuatkan semacam corong dan menyambungkan bagian- bagian tadi dan sambungan kemudian ditutupi kembali dengan perunggu.
Kepala Shiva mahadeva ,97cm tinggi abad 9-10 Tegal,Jawa Tengah |
Untuk benda-benda perunggu besar dengan penuh ragam hias dan bentuk yang rumit seperti arca-arca perunggu, teknik cetak bivalve tidak digunakan, nenek moyang bangsa Indonesia mengembangkan teknik tuang logam perunggu yang disebut a cire perdue (Bhs.Perancis) berarti dengan menghancurkan lilin dengan demikian lilin menjadi bahan utama teknik cetak ini selain tanah liat.
Hiasan lampu minyak perunggu era Majapahit abad 14,di desa Tenggung,Tulungagung Jawa Timur. (Musium Nasional) |
arca yang rumit seperti arca berbentuk manusia dibuat dengan terpisah-pisah seperti lengan ,kaki,kepala dibuatkan semacam corong dan menyambungkan bagian- bagian tadi dan sambungan kemudian ditutupi kembali dengan perunggu.
pak mau tanya, kalau mau belajar membuat perunggu dimana ya?
BalasHapusTolong info. Terima kasih
Ruaaaaaaaaaaaaaar biasa Moyang Kita,harus nya malu sama beliau2 para pendahulu kita,terima kasih atas informasinya.
BalasHapus